Berpikir induktif dan deduktif (tugas bahasa indonesia2)

TUGAS BAHASA INDONESIA 2
Berpikir induktif dan deduktif
Berpikir Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif. (www.id.wikipedia.com)


Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.


Jenis penalaran deduktif  yaitu:
-Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
-Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi     konditional hipotesis.
-Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
-Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
Ada 3 macam penalaran Induktif :
1. Generalisasi
    Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.

Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif
    Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
    Contoh :
       - Sensus Penduduk.
       - Jika dipanaskan, besi memuai.
         Jika dipanaskan, baja memuai.
         Jika dipanaskan, tembaga memuai.
         Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b. Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
    Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.

2. Analogi
    Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan yang ada di tiap bagiannya.
 Tujuan dari analogi :
    - Meramalkan kesamaan.
    - Mengelompokkan klasifikasi.
    - Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.
 
3. Kausal
    Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
    Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a. Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b. Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c. Akibat ke akibat = Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.

Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaran induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.

PENALARAN INDUKSI
Induksi atau penalaran induktif adalah penalaran dari kasus-kasus partikular menuju pada kesimpulan umum.
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum
Contoh :
· Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
· Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
2. Hipotesa dan Teori
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis
3. Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang lain.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Contoh :
· Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
· Arief seorang alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh sebab itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja di perusahaan pak Subur.
4. Hubungan Kausalitas
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh :
· Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
· Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.
5. Induksi Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
ernatif yang lain.
Contoh :
My : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
Mn : Kucing berada di luar rumah
K : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah
3. Silogisme Hipotesa
Silogisme hipotesis yaitu Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : jika tidak ada uang manusia sangat kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Mn : Uang tidak ada
K : jadi, manusia akan kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
4. Entimen
Entimen adalah silogisme yang di pendekkan.
Contoh :
Semua makhluk hidup pasti akan mati. Hitler adalah makhluk hidup. Hitler pasti akan mati.
5. Rantai Deduksi
Seringkali penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang-orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal.
Yang penting dalam mata rantai deduksi ini, penulis harus mengetahui norma dasar, sehingga bila argumennya mendapat tantangan atau bila ia sendiri ragu-ragu terhadap argumen orang lain, ia dapat menguji argumen ini untuk menemukan kesalahannya dan kemudian dapat memperbaikinya, baik kesalahan itu terjadi karena induksi yang salah, entah karena premis atau konklusi-konklusi deduksi yang salah.
Contoh:
Semua lampu adalah bercahaya
Senter adalah lampu
Jadi, senter bercahaya
Lilin juga bercahaya
Obor juga bercahaya
PENALARAN INDUKSI
Induksi atau penalaran induktif adalah penalaran dari kasus-kasus partikular menuju pada kesimpulan umum.
1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum
Contoh :
· Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
· Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
2. Hipotesa dan Teori
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis
3. Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang lain.
Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Contoh :
· Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
· Arief seorang alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh sebab itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja di perusahaan pak Subur.
4. Hubungan Kausalitas
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh :
· Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
· Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.
5. Induksi Dalam Metode Eksposisi
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.k
Langkah menyusun eksposisi:q8
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
CONTOH BERITA  DEDUKTIF
JAKARTA – Museum tidak boleh lagi identikdenganruangantuayangkusam dan berisi barang-barang antik semata. Mereka yang mendatanginya tidak boleh hanya pencinta sejarah.
Sebaliknya museum harus dibuat semenarik mungkin sehingga bisa menyedot perhatian sebanyak mungkin orang. Hal itu penting bukan hanya untuk menguatkan posisi museum sebagai pusat edukasi, tetapi juga sebagai destinasi wisata. Langkah tersebut hanya bisa terwujud jika pengelola museum melakukan berbagai inovasi, termasuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi.
Rupanya kesadaran untuk melakukan inovasi mulai dilakukan pengelola sejumlah museum di Tanah Air seperti Museum Bank Indonesia (BI), Museum Konferensi Asia Afrika (KAA), Museum Transportasi TMII, Museum Benteng Vredeburg Daerah Istimewa Yogyakarta, Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Sragen. Museum BI, misalnya, melakukan inovasi konsep pelayanan yang mampu membuat pengunjung semakin banyak.
”Museum BI memiliki konsep smart museum dengan mempergunakan berbagai teknologi sebagai peraganya. Hal ini dilakukan Museum BI tanpa melupakan perannya sebagai wahana edukasi kepada masyarakat,” ujar Kepala Museum BI, Yiyok T Herlambang, di Jakarta. Inovasi Museum BI terasa begitu pengunjung memasuki ruangan museum. Pengunjung yang hadir akan disuguhi informasi mengenai tugas dan fungsi BI. Masyarakat pun jadi bisa mengetahui secara persis perihal BI. Apalagi masih ada anggapan dari masyarakat bahwa BI tidak berbeda dengan Bank Mandiri, Bank BNI, dan sejenisnya.
Dengan konsep seperti itu, tidak mengherankan kalau pada saat ini sejumlah pihak telah menyatakan minatnya mengadopsi konsep yang dikembangkan Museum BI. Beberapa perwakilan bank sentral dari negara lain menyatakan kekagumannya atas konsep museum tersebut. ”Beberapa hari lalu ada rombongan dari Bank Sentral Nepal. Mereka sangat mengapresiasi museum ini,” ujar dia.
Bahkan sejumlah biro travel telah menjadikan Museum BI sebagai salah satu destinasinya. Itulah sebabnya, jumlah kunjungan di Museum BI cukup tinggi. Pada tahun lalu, jumlah pengunjung mencapai 220.000 orang. Jumlahnya diperkirakan meningkat pada tahun ini mengingat hingga Maret, jumlah pengunjung telah mencapai 60.000 orang. Selain inovasi pelayanan, Museum BI juga terus melakukan pembenahan, salah satunya dengan memperbanyak koleksi. Dalam waktu dekat, Museum BI akan membuka bagian bank syariah.
”Termasuk rencana membuka miniatur museum di sejumlah daerah. Terdekat di Yogyakarta. Saat ini sedang dalam proses penyusunan dan layout ,” tutur dia. Adapun Kepala Museum KAA Thomas Siregar melakukan inovasi dengan menggabungkan layanan pemandu untuk merangsang pengunjung agar menggali lebih dalam tentang sejarah KAA, membangun suasana atau atmosfer yang nyaman kepada pengunjung, dan memberikan pengalaman sehingga saat pulang dari museum pengunjung mendapat pengetahuan yang membekas.
Sejauh ini upaya tersebut cukup sukses menarik minat pengunjung. Bahkan dari catatan terakhir di 2016, jumlah wisatawan yang berkunjung meningkat sebanyak 3.000 orang lebih pada Februari. Sebelumnya, jumlah pengunjung pada Januari 2016 sebanyak 27.431 orang dan sebanyak 30.406 pada Februari 2016. ”Wisatawan mancanegara yang berkunjung juga mengalami peningkatan pada periode yang sama, dari 460 orang menjadi 725 orang,” ujar Thomas.
Museum Transportasi TMII juga mulai melakukan inovasi. Menurut Kepala Museum Transportasi Danang Setyo Wibowo, pembenahan di antaranya dilakukan pada aspek marketing dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, yakni melalui platform media digital. ”Informasi melalui Facebook, Twitter dan media sosial lainnya akan ditingkatkan untuk menjaring pengunjung.
Rata-rata pengunjung harian sekitar 1.000 orang. Kalau hari kerja biasa dikunjungi pelajar atau mahasiswa. Kalau di hari libur masyarakat umumnya sebagian besar bukan berasal dari Jabodetabek,” terang dia. Danang mengaku pihaknya telah menargetkan agar di masa mendatangsemakinbanyakwisatawan dalam dan luar negeri yang berkunjung.
Untuk itu dia menjalin kerja sama dengan sejumlah komunitas pencinta transportasi dari dalam maupun luar negeri. Salahsatuprogramyangsegera direalisasi adalah labelisasi dua bahasa pada setiap koleksi. ”Kami menargetkan dalam beberapa tahun ke depan sudah bisa go international, ” terang dia. Museum Perumusan Naskah Proklamasi juga akan melakukan hal yang sama.
Menurut Educator Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Ari Suryanto, pihaknya juga mulai melakukan sosialisasi penggunaan media sosial untuk mendatangkan pengunjung. Pada saat ini, pengunjung di Museum Perumusan Naskah Proklamasi baru 1.000 orang per bulannya. Sosialisasi dan edukasi ke sekolah juga terus ditingkatkan. Bukan hanya di Jakarta, tetapi juga di pulau lain. Langkah itu dinilainya strategis karena bukan hanya menyosialisasi pentingnya berkunjung ke museum, tetapi juga memberikan edukasi mengenai peristiwa bersejarah yang menjadi bagian penting pada kemerdekaan Indonesia.
Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran di Sragen, Jawa Tengah, Sukronedi, menuturkan pihaknya menyediakan tiga display yang disusun sebaik mungkin baik dengan dukungan sistem teknologi informasi. Setiap display yang ada selalu dilengkapi dengan narasi singkat mengenai apa yang ditampilkan. Hal itu agar masyarakat tahu dan bisa belajar lebih tentang apa yang ada di museum tersebut.
”Setiaptahunkitaselalu melakukan perubahan baik di sisi tampilan atau di sisi koleksi yang dipertontonkan, hal itu agar masyarakat tidak jenuh,” ujarnya. Dengan inovasi dan pengembangan yang terus dilakukan, saat ini museum tersebut selalu mengalami peningkatan pengunjung. Pada tahun 2007 yang lalu jumlah kunjungan ke museum Sangiran masih di bawah 50.000 orang setahun. Namun berkat pengembangan yang dilakukan saat ini pengunjung museum sudah mencapai 400.000 orang setahun.
Adapun Museum Benteng Vredeburg, DIY, melakukanpembenahan dengan menggandeng sejumlah komunitas masyarakat seperti komunitas pecinta sejarah, komunitas musik, dan komunitas anak muda lainnya. Para komunitas itu diberi ruang dan waktu untuk berekspresi di Vredeburg. ”Kami sediakan jadwal dan panggung bagi para komunitas. Biasanya akhir pekan sebagai magnet wisatawan,” ujar Kepala Museum Benteng Vredeburg, Zainul Azzah.
Selain itu, pihak museum juga menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan untuk menarik pengunjung dari kalangan pelajar. Museum berulang kali menggelar lomba bertema sejarahyangmelibatkanpelajardari tingkat TK hingga SMA seperti lomba melukis dan bercerita.
”Bulan April ini kami akan gelar lomba cerita sejarah bagi pelajar SMA/sederajat,” kata Azzah. Dengan langkah tersebut, angka pengunjung Museum Vredeburg tahun 2015 tercatat lebih dari 460 ribu orang. Angka itu naik dari tahun 2014 yang hanya 400 ribuan.
Hermansah/arief setiadi/robi ardianto/ Heru Muthahari neneng zubaidah/maman adi saputro/muhammad roqib
Ide pokok gagasan paragraf di atas terdapat pada awal (deduktif) paragraf, yakni “Museum tidak boleh lagi identikdenganruangantuayangkusam dan berisi barang-barang antik semata.”
CONTOH BERITA INDUKTIF
SAKHIR – Pembalap kebanggaan Indonesia Rio Haryanto terus menunjukkan perkembangan signifikan. Dia berhasil mempertajam waktu pada seri kedua Formula One (F1) di GP Bahrain.
Tampil di Sirkuit Bahrain Internasional kemarin, pembalap Manor Racing itu membukukan waktu 1 menit 34,190 detik pada kualifikasi ketiga. Walau gagal lolos ke putaran berikutnya (kualifikasi kedua), catatan ini lebih cepat daripada torehan pada free practice. Pada latihan bebas pertama sehari sebelumnya, Rio meraih 1:37,714 detik dan 1:34,562 pada sesi berikutnya. Adapun rapor free practice ketiga Rio adalah 1:35,546 detik. Sebagai perbandingan, rekan setim Rio, Pascal Wehrlein, memetik 1:35,724.
Performa Rio semakin impresif mengingat dia hanya melahap tiga lap pada kualifikasi ketiga. Pembalap kelahiran Solo, Jawa Tengah, itu tidak bisa memperbaiki catatan karena kehabisan waktu. Sementara Wehrlein menorehkan 1:32.806 setelah tampil enam lap pada kualifikasi ketiga. Berdasar torehan ini, Rio akan memulai GP Bahrain di urutan ke-20, hanya lebih baik dari Felipe Nasr (1:34,388) dan Kevin Magnussen (pit). Adapun Wehrlein start di posisi ke-16.
Meski tampil dari barisan paling belakang, Rio tetap mengusung target finis pada balapan yang akan disiarkan GlobalTV dan iNews TV mulai pukul 21.30 WIB hari ini. Dengan dukungan penuh masyarakat Indonesia, Rio juga berharap dapat memenangkan penghargaan Driver of the Day pada balapan nanti. Mantan pembalap GP-2 ini sebelumnya gagal membawa pulang gelar meski memimpin perolehan suara pada balapan pembuka di Australia dua pekan lalu.
”Saya pikir saya memenangkannya. Tapi, hari berikutnya, hasil yang keluar justru berbeda. Tidak ada yang bisa kami lakukan karena itu merupakan keputusan manajemen F1,” kata Rio. Menurut juara Formula BMW Pacific 2009 ini Driver of the Day adalah gelar bagi pembalap yang mendapat dukungan paling besar. Penghargaan itu tidak harus diberikan ke pembalap yang tampil mengesankan.
”Saya serahkan semuanya kepada para fans. Mereka orang-orang yang memilih. Saya bersyukur. Itu berarti mereka benar-benar mendukung saya, bahkan ketika saya tidak memperoleh hasil bagus di balapan. Mereka merupakan fans sangat setia,” papar Rio. Meski kecewa, Rio enggan menanggapinya secara berlarutlarut. Dirinya mengucapkan terima kasih kepada fans yang telah memberikan suaranya. Dengan dukungan suporter, Rio berharap dapat menunjukkan hasil lebih baik di Bahrain.
”Saya memiliki fans dan banyak orang yang mendukung saya, bahkan ketika di GP2. Dengan mereka, saya berhasil meraih suara terbanyak untuk desain mobil terbaik. Atau menyangkut desain helm terbaik, saya selalu di atas. Saya benarbenar bersyukur memiliki dukungan yang besar,” tutur Rio. Pada keterangan resmi, F1 menjamin penghargaan Driver of the Day diberikan secara adil. Mereka melihat suara untuk Rio banyak yang datang dari sumber sama.
Ketimbang Driver of the Day, Rio lebih mempermasalahkan kesalahan penyedia siaran televisi. Pada siaran GP Australia, bendera Indonesia tidak muncul pada profilnya. Rio pun menjadi satu-satunya pembalap yang tidak diketahui asal-muasalnya. Insiden ini menuai protes masyarakat Indonesia. Bahkan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi turut mengungkapkan kekecewaannya. Karena itu, Rio berharap Merah Putih sudah muncul pada GP Bahrain. Pihak Manor juga telah melaporkan hal ini kepada manajemen F1.
Dominasi Mercedes
Pada sisi lain kualifikasi, duo Mercedes mendominasi dan hanya dipisahkan 0,077 detik. Juara GP Bahrain Lewis Hamilton menjaga peluang mencetak hattrick dengan merebut pole position. Lewat torehan 1:29,493, dia mengungguli Nico Rosberg (1:29,570). ”Saya sangat senang menjadi yang tercepat berkat waktu lap terakhir kualifikasi. Terlebih mengingat kesulitan yang saya hadapi. Rosberg lebih cemerlang dan stabil pada latihan serta kualifikasi,”kata Hamilton.
Ferrari berpotensi mengganggu dengan menempatkan dua andalan mereka di posisi berikutnya. Sebastian Vettel (1:30,012) berada di peringkat ketiga disusul Kimi Raikkonen (1:30,244). Pertarungan keempat pembalap ini berlangsung dramatis. Raikkonen meraih catatan terbaik (1:30,244) sebelum disalip Vettel (1:30,065).
Setelah itu giliran Rosberg (1:29,897) yang berkuasa. Namun Hamilton (1:29,493) sukses menyalip. Rosberg (1:29,570) dan Vettel (1:30,012) kemudian berhasil memperbaiki catatan, tetapi gagal menggeser Hamilton.
Ide pokok gagasan paragraf di atas terdapat pada awal (deduktif) paragraf, yakni “Pembalap kebanggaan Indonesia Rio Haryanto terus menunjukkan perkembangan signifikan. Dia berhasil mempertajam waktu pada seri kedua Formula One (F1) di GP Bahrain.”

sumber
http://hancoy.blogspot.co.id/2016/04/tugas-bahasa-indonesia-2-minggu-2.html
http://m-eko-febrianto.blogspot.co.id/2010/11/penalaran-deduksi-dan-induksi.html?m=1
https://maylinsafrini95.wordpress.com/2016/04/04/penalaran-deduksi-dan-induksi/
http://fahrunnisdwianjari.blogspot.co.id/2016/04/berpikir-induktif-dan-deduktif.html
http://tulisanyangsederhana.blogspot.co.id/2015/03/berfikir-deduktif.html
http://dinaanggreini65.blogspot.co.id/2013/10/cara-berpikir-deduktif-dan-induktif.html

Komentar